Lamudi Property Highlights adalah laporan tahunan yang disusun berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Lamudi.co.id untuk mengulas perkembangan terbaru sektor properti. Laporan ini diterbitkan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang perkembangan isu terbaru di sektor properti. Selain itu, isi laporan juga ditujukan untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan developer berdasarkan riset yang dilakukan, sehingga dapat menjadi sebuah acuan untuk kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa poin menarik yang tertuang di dalam Lamudi Property Highlights 2022:
Kaleidoskop Sektor Properti di Tahun 2022
Tahun 2022 merupakan tahun penuh tantangan bagi sektor properti. Pandemi yang berkepanjangan secara langsung menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar. Dalam situasi sulit ini, masyarakat umumnya menunda rencana transaksi yang membutuhkan nominal besar seperti membeli rumah atau apartemen baru. Meskipun kondisi ekonomi nasional masih dalam tahap pemulihan, adanya relaksasi pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di awal tahun mampu memberikan sinyal positif akan prospek ekonomi hingga akhir tahun. Momentum positif bagi sektor properti pun didukung oleh insentif pemerintah dengan adanya insentif PPN serta diperpanjangnya skema DP 0 persen hingga akhir 2023.
Dampak Inflasi Terhadap Kenaikan Suku Bunga BI
Naiknya harga BBM telah mendorong terjadinya inflasi sebesar 5,7% pada Oktober 2022. Meningkatnya inflasi kemudian mendorong Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga bank sebagai langkah untuk menanggulangi kenaikan harga bahan pangan pokok. Kenaikan suku bunga saat ini telah mencapai 4,75 persen dan berdampak pada angka pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA). Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi calon pembeli properti, karena mayoritas dari mereka memilih untuk mengajukan kredit dalam pembelian properti.
Mengenal Karakteristik Next Generation Property Buyers:
Lamudi.co.id mengkategorikan Next Generation Property Buyers sebagai pembeli properti generasi muda di usia 25 hingga 44 yang merupakan pembeli properti pertama kali. Memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya karena demografi ini terekspos dengan kemudahan teknologi di kehidupan mereka sehari-hari. Demografi ini dikategorikan oleh Lamudi.co.id sebagai Next Generation Property Buyers, yang mencakup 60 persen dari pencari properti online.
Tiga aspirasi pencarian Next Generation Property Buyers meliputi orientasi karir, orientasi keluarga dan orientasi investasi. Menurut laporan Tren Pasar Properti Lamudi, 75 persen dari Next Generation Property Buyers masih memiliki preferensi harga properti di bawah Rp600 juta. Berdasarkan klasifikasi tersebut, properti dibawah Rp600 juta termasuk dalam kategori rumah harga terjangkau dan pada umumnya merupakan rumah subsidi pemerintah.
Mengenal Profil Agen Properti
Mayoritas responden dari Lamudi.co.id yang menjadi sampel berusia antara 25 hingga 45 tahun, dipilih untuk mengukur kesiapan agen properti dalam menghadapi era baru. Mayoritas responden ini lebih terbiasa dengan teknologi, sehingga lebih reseptif terhadap penggunaan teknologi baru dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan Next Generation Property Buyers. Dalam survei tersebut, 65% responden adalah laki-laki dan 35% perempuan. Sebanyak 60% dari agen yang disurvei adalah agen freelance, dengan pendapatan berdasarkan komisi hasil penjualan mereka sendiri. Kekurangan agen freelance terletak pada pengetahuan produk dan akses pada pelatihan formal secara rutin.
Dari survei yang dilakukan, 24 persen peserta memiliki afiliasi dengan kantor agen properti seperti Ray White, Era Indonesia, dan LJ Hooker, yang umumnya bekerja sama dengan developer untuk memasarkan proyek tertentu. Agen properti ini memiliki gaji tetap dan persentase komisi dari penjualan properti. Meskipun agen properti ini mendapat pelatihan secara berkala, mereka kurang dalam pengetahuan tentang produk yang dijual. Selain itu, 16 persen responden adalah in-house sales developer yang memiliki pengetahuan produk yang lebih baik karena memasarkan produk dari developer yang sama. Namun, pengetahuan mereka tentang lanskap kompetitor terbatas. Hasil survei menunjukkan bahwa 42 persen agen memiliki pengalaman kurang dari satu tahun, 49 persen memiliki pengalaman 1-5 tahun, dan hanya 9 persen memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun. Agen rata-rata menjual properti seharga Rp 545 juta, tanah seharga Rp 688 juta, apartemen seharga Rp 841 juta, dan ruko seharga Rp 905 juta.
42 persen agen memiliki pengalaman kurang dari satu tahun, diikuti oleh agen yang memiliki pengalaman 1-5 tahun sebesar 49 persen dan hanya 9 persen yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun. Selain itu, agen rata-rata menjual properti seharga Rp 545 juta, tanah seharga Rp 688 juta, apartemen seharga Rp 841 juta dan ruko seharga Rp 905 juta.
Baca Lamudi Property Highlights 2022 selengkapnya dengan klik tautan di bawah ini: